Kamis, 31 Januari 2013

[FanFiction] Gold and Diamonds Boy (GD Big Bang) Part 2 (end)



Sekarang aku sudah tidak pernah lagi diantar oppa-ku. Ne, alasannya hanya satu. Aku ingin bertemu jiyong oppaa lagi di bus. Tapi sudah seminggu ini aku tidak melihatnya. Oh ya, jisoo berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Sepertinya ada yang disembunyikan.
"Yaa jisoo! Aku ingin kau jujur!", aku melabrak dia yang sedang makan di kantin.
"Jujur apa min-ah?"
"Tentang dirimu.."
"Hmm..ayo ikut aku."
Jisoo membawaku ke taman, wajahnya terlihat sedih. Dia membuka pembicaraan.
"Silahkan min-ah, apa yang ingin kau tanyakan dariku?"
"Sebenarnya..apa kau mengetahui ini semua?"
Aku mengeluarkan semua surat misterius yang diberikan oleh jiyong oppaa.. Jisoo melihat-lihat surat itu sambil tersenyum.
"Ne min-ah, aku yang menulisnya, dan menaruhnya di tasmu.hehe."
"Mwo? Kau yang menulisnya?"
"Ne, hehe."
"Tidak mungkin..kau bohong."
"Aku yang menulisnya min-ah."
"Ani! Kau?! Tidak mungkin."
"Benar min-ah."
"Tapi..kau bukan jiyong oppaa..aku yakin bukan kau.."
Wajahnya terkejut saat aku menyebut nama jiyong oppaa.
"Min-ah.. Kau sudah mengingatnya?"
"Ne..sekarang kau katakan, di mana jiyong oppaa?"
*jisoo pov*
Jadi, ingatan minsoo sudah pulih? Apa yang harus kulakukan sekarang. Hyung, apa yang harus kukatakan pada minsoo? Matanya sudah berkaca-kaca begitu.
"Heii katakan! Jangan diam saja seperti itu!"
"Mianhae min-ah..selama ini aku berbohong padamu.."
Aku memeluknya, mencoba menenangkan sedikit pikirannya.
"Jisoo..cepat katakan di mana jiyong oppaa..", suaranya mulai bergetar, dia mulai menangis. Aku jadi semakin bingung. Ah eotteokhae hyung? Apa aku jujur saja.
"Tenang dulu min-ah.. Aku bingung harus bicara dari mana."
"Mana bisa aku tenang, kau tahu? Setelah sekian lama aku baru bisa mengingatnya.."
"Min-ah, kau lihat aku.", kulepaskan pelukanku lalu kupegang kedua pipi minsoo yang sudah dibasahi air matanya dan menghadapkan wajahnya pada wajahku.
"Apa menurutmu aku terlihat seperti jiyong oppa-mu itu? Kau ingat wajah jiyong seperti apa? Apa mirip denganku?"
"Matamu.."
"Mataku, ya kau pasti ingat mata jiyong. Seperti ini kan? Benar? Tatap aku perlahan min-ah.. Temukan jiyong di dalamnya..jebal.."
"Ji..Jiyong oppaa..."
"Eotteokhae? Kau menemukannya?"
Matanya yang sendu itu kini semakin deras menuangkan kristal-kristal air bening. Dia memelukku dengan sangat erat. Mianhaeyo hyung, seperti inikah..?
"Bogoshipeo..oppaa.."
***
Kini, hari demi hari kulalui berdua dengan minsoo, dia sangat mencintaiku. Ani, dia mencintai jiyong, bukan aku, dan aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Entah sampai kapan sandiwara ini akan berakhir. Aku tidak bisa terus-menerus seperti ini.

"Min-ah, kau yakin dia benar-benar jiyong oppa-mu itu?"
"Ne sora, aku rasa begitu. Aku bisa mengenali matanya, mata itu yang selalu dan akan kuingat terus."
"Begitu ya..syukurlah, semoga kalian bahagia ya, aku mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua.hehe."
"Gomawoyaa sahabatku."

Dia begitu yakin kalau aku ini jiyong. Ya, memang kami berdua sama, min-ah. Tapi tidak dalam hal mencintaimu.. Selama ini jiyong lah yang mencintaimu, bukan aku. Ah, bagaimana aku menjelaskan ini semua padamu.
"Oppaa, aku senang kita bisa dipertemukan kembali.hehe"
"Ah ne, naddo min-ah."
"Aku tahu, jadi selama ini kau ingin mengembalikan ingatanku ya dengan mengirim surat-surat itu? Kenapa kau tidak bilang secara langsung? Tapi gwaenchanha, pasti kau mau aku mengingatmu perlahan kan?"
"Ne min-ah, mianhae."
"Gwaenchanha, aku jadi ingat namja yang setengah wajahnya ditutupi itu. Berarti dia itu kau ya oppaa? Haha."
"Mwo? Yang mana min-ah?"
"Masa kau lupa? Kau kan membantuku menyeberangi jalan, sebelumnya kita juga ada di dalam bus yang sama kan."
Aku? Wajah yang ditutupi? Bukan aku. Pasti itu jiyong. Aaah hyung, kau ini! Ternyata selama ini kau mengawasiku? Kenapa kau tidak mengaku saja. Aku lelah seperti ini hyung, bahkan kau juga! Aah paboya!

***
"Kita mau ke mana oppaa?"
"Ke rumahku. Gwaenchanha?"
"Ah, apakah aku masih mengingatnya ya?"
"Haha kau pasti mengingatnya."
Semuanya harus selesai hari ini juga, jangan dibiarkan berlarut-larut.
Sampailah kami berdua di rumahku.
"Ahjumma di mana?"
"Dia sedang pergi, min-ah."
"Oh begitu."
"Oh iya, kau mau ke taman belakang? Di sana ada ayunan."
"Ayunan.. Aku pernah duduk di ayunan itu ya?"
"Hmm aku rasa, kajja. Siapa tahu kau akan banyak mengingat lagi."
"Ne oppaa. Hehe."

"Tunggu di sini ya min-ah, aku mau ganti baju sebentar."
"Ne oppaa."
Selagi dia asik dengan ayunan itu, lebih baik aku menemui hyung.

***
"Untuk apa kau membawanya ke sini?!"
"Hyung, kau harus mengaku, aku tidak bisa selamanya menjadi dirimu! Lagipula aku tahu, kau sakit jika seperti ini! Sekarang dia sudah mengingatmu, mengingat Kwon Jiyong! Bukan Kwon Jisoo! Kau tahu? Awalnya aku sama sekali tidak mau membantumu agar minsoo melupakanmu karena kehadiranku! Aku berusaha supaya dia tidak menyukaiku, tapi di sisi lain aku harus terus dekat dengannya, demi kau! Aku pikir keputusanmu itu ada benarnya juga, tapi sekarang aku sadar, kau tidak harusnya seperti ini, kau harus jujur apapun kenyataannya!"
"Tapi aku tidak ingin dia kecewa.."
"Yaa! Justru kau akan lebih membuatnya kecewa jika membohonginya terus seperti ini. Hyung, terserah kau saja. Buatlah keputusan terbaikmu, aku hanya tidak ingin kau menyesal. Dia ada di taman belakang, aku harap kau menemuinya. Aku akan tetap di sini, mana mungkin bisa kau meninggalkan seorang yeoja sendirian di sana kan?"
Dia keluar dari kamar ini. Aku tahu kau mampu menyelesaikannya, hyung. Ne, meskipun langkahmu terlihat tidak yakin, tapi aku yakin!

"Hei chagiya."
"Yaa oppaa, kau mengagetkanku saja, ayo lepaskan tanganmu! Jangan tutup mataku seperti ini."
"Tunggu chagiya. Aku ingin bicara sesuatu."
"Tumben ya kau memanggilku chagiya, hehe. Bicara apa oppaa? Lepaskan dulu tanganmu."
"Ah sebentar saja. Sebelumnya aku ingin minta maaf padamu chagiya. Maukah kau memaafkanku?"
"Loh memangnya kau salah apa oppaa?"
"Aku rasa kau tidak akan memaafkanku.. Akan kulepaskan tanganku ini chagiya, tapi kau harus janji dulu padaku, ne?"
"Huuh, janji apa oppaa?"
"Apa pun yang akan kau lihat dariku, tolong percayalah, ini benar-benar aku. Kwon jiyong. Aku harap kau bisa menerima aku lagi."
"Aih apa maksudmu oppaa? Tentu saja aku percaya, kau ini jiyong oppaa, tenang saja. Ayo buka, palliyaa~"
*Jiyong's POV*
"Ah kau ini oppaa, mataku sakit."
Minsoo masih mengucek-ngucek kedua matanya, mencoba beradaptasi lagi dengan cahaya di sekitarnya sambil berdiri dari ayunan dan menoleh ke arahku. Aku tidak siap.. Dia pasti tidak ingin melihatku..

*flashback*

"Yaa!! Kau siapa?! Eomma, tolong aku! Ada orang asing yang mendekatiku, aku takut eomma!"
"Min-ah, aku bukan.."
"Pergi kau! Pergi!! Jangan mendekatiku!"
Dia berteriak di hadapanku seperti itu? Mungkin aku memang sudah berbeda.. Mianhae, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku harap kau dapat melupakanku secepatnya.
*end flashback*

Aku tidak ingin kejadian lalu terulang kembali.. Dia melihatku? Dia tidak takut?
"Jiyong oppaa?"
Di..dia..mengenaliku? Dia memanggil namaku?! Tunggu. Ani. Matanya tidak tertuju padaku? Aku menoleh ke belakang, di sana jisoo sedang berdiri dan memperhatikan kami.
"Mwoya min-ah?", tanya jisoo.
"Oppaa, dia siapa?"
Seketika hatiku seperti dihujam oleh ribuan pisau. Air mata ini hampir jatuh, tapi aku harus menahannya.. Minsoo-ah..kau tidak mengenaliku?
"Dia..", jisoo menahan kata-katanya dan menatap bingung ke arahku.
Aku sudah sejauh ini, tidak mungkin kesempatan seperti ini aku sia-siakan. Aku harus terima apapun resikonya.
"Aku kwon jiyong, sesuai perkataanku tadi saat menutup matamu, ini benar-benar aku min-ah. Kwon jiyong. Orang yang kau cintai. Aku juga yang telah membuatmu ketakutan dua tahun yang lalu, yang membuatmu melupakanku, dan juga yang membuatmu kecelakaan karena mengajakmu keliling seoul, serta yang membuat sandiwara antara kita bertiga..kwon jiyong, kwon jisoo, dan kau kwon minsoo. Wajah ini, bukti kecelakaan dua tahun yang lalu bersamamu, wajah yang dua tahun lalu kau takuti, mungkin sampai sekarang, dan seterusnya. Ketakutanmu yang juga membuatku takut untuk mengenalmu lagi. Aku sudah menjadi monster bagimu. Bahkan mungkin sudah menempati salah satu hal yang menakutkan di kehidupanmu.. Karena itu.. Aku pergi dari kehidupanmu, tapi ternyata aku tidak bisa sepenuhnya terlepas darimu min-ah.. Maafkan aku telah membohongimu, aku menyesal.. Aku sangat mencintaimu..kajima chagiya.."
Dia hanya mematung saat aku berbicara. Matanya yang sudah berkaca-kaca dan berusaha membendung air mata itu sama sekali tidak bergerak menatap mataku.
"Tak ada yang ingin kau katakan padaku min-ah?", tambahku.
"...."
"Kalau begitu, lebih baik aku pergi dari sini..",tambahku lagi.
Dia pasti kecewa padaku. Perlahan aku mencoba mengalihkan pandanganku darinya, aku kembali menatap jisoo yang berada tepat di belakangku, dan berjalan melewatinya. Tiba-tiba kudengar derap langkah yang mendekatiku. Dia memukul punggungku. Berkali-kali. Hanya dengan kekuatan yang tidak seberapa. Aku tahu hanya itu kekuatannya yang masih tersisa. Min-ah..
"PABO!! PABO!! PABOYA JIYONG-AH!!"
'Bruuk'
Dia memelukku? Erat sekali..
"Kenapa kau bisa sebodoh ini?! Kenapa?! Kau ini cerdas oppaa! Apa yang telah kau perbuat? Aku ini hanya mencintai Kwon jiyong! Bukan yang lain, dan akan tetap seperti itu seterusnya! Bisa-bisanya kau menyuruhku mencintai orang lain! Aku tahu kalian berdua memang mirip, tapi aku bisa merasakannya oppaa, hati kalian berbeda! Dan harus kau ketahui oppaa, aku juga merasa aneh mencintai kembaranmu itu, aku berusaha meyakinkan dirinya itu kwon jiyong, tapi tak pernah bisa kutemukan. Kau jahat oppaa.. Sejak kapan kau berubah jadi orang yang mudah putus asa seperti ini?"
"Mianhae, min-ah.."
"Aku tidak butuh permintaan maaf darimu, aku hanya ingin kau mempertanggungjawabkan tindakanmu ini."
"Baiklah.. Kau katakan saja apa yang harus aku lakukan."
"Jangan pernah tinggalkan aku.. Suatu saat nanti kau harus menikahiku.."
Aku tidak salah dengar? Ini benar chagiya?
"Mwo?!"
"Maafkan aku ya oppaa, ini semua salahku.. Karena dua tahun yang lalu aku mengusirmu, maafkan aku oppaa.. Aku tidak tahu kalau itu dirimu.. Traumatik kecelakaan itu membuatku takut akan segala hal.. Butuh waktu yang cukup lama untuk kembali menjadi diriku yang biasa oppaa, diriku yang mengingat siapa sosok kwon jiyong itu.. Mianhaeyo oppaa.. Aku pasti telah membuat hatimu sakit.. Aku pasti telah menghancurkanmu dengan sikapku itu.. Kau jangan tinggalkan aku ya oppaa? Jebal.. Aku menerima kau apa adanya asalkan kau benar-benar jiyong-ku.."
"Gomawo chagiya.."
Aku berbalik dan memeluk minsoo. Aku bahagia dia dapat mengerti. Neomu haengbokhage..
"Tapi..kau tidak malu memiliki kekasih yang keadaannya seperti ini?"
"Malu? Untuk apa? Kau tidak pernah berubah di mataku, oppaa.. Dari dulu sampai sekarang, kau tetap kwon jiyong kan?"
"Ah..ne, kau benar chagiya.."
"Saranghaeyo jiyong-oppaa, my gold and diamonds boy!"
"Naddo saranghaeyo chagiya.. Yeah, i'm gold and diamonds boy! Gomawoyo.."
*jisoo POV*
Benar, akhirnya semua bisa terselesaikan juga hari ini. Aku senang melihat hyung kembali bahagia seperti dulu lagi. Kau memang beruntung hyung memiliki yeoja seperti minsoo. Suatu saat nanti aku juga akan menemukan yeoja seperti minsoo, dia yeoja yang sempurna di mataku. Ani! Dasar jisoo-ah bodoh, sekarang minsoo sudah kembali pada hyung-mu. Jangan ingat-ingat lagi hari-harimu sebagai jiyong dulu, hahaha. Lalu, aku dengan siapa? Sora?
***THE END***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar